Karena Aku Masih Punya Senyummu Disini

Karena Aku Masih Punya Senyummu di Sini

Eunhyuk/Hyoyeon.

PG-rated. | Hurt/Comfort/Romance. | Indonesian.

plot © kazuka. characters © they belong to God & themselves.

“Dan Eunhyuk masih susah meyakinkan diri—kalau ia telah memiliki senyum yang hanya untuknya.”

requested by cute-hyukkie.

.

.

.

“… Ketika kau tidak ingin pergi karena suatu hal….”

“Karena—kamu masih punya senyummu di sini. Senyum yang membawamu dalam bahagia. Dalam senang…

… Dalam cinta….”

Mata cokelat Sang Anchovy itu sesekali berputar—menyusuri rak demi rak yang dilewatinya. Ia melirik ke kanan dan kiri, sesekali mencomot sesuatu hingga hampir memenuhi keranjang yang berkait di tangan kirinya. Ia tak perlu merasa terganggu atas mata-mata tajam fans yang bisa bertemu di sini. Penyamarannya dapat diandalkan. Hanya orang-orang dekat yang bisa mengenalinya secara langsung.

Ia menghitung barang-barang yang ada di dalam sana. Sembari memperhitungkan hingga membandingkannya dengan perkiraan uang yang sedang berada dalam dompetnya. Cukup atau tidak, ia berusaha agar uang itu dapat bersisa nantinya.

Pandangan matanya akhirnya tertumbuk pada hal yang dianggapnya menggoda. Sebuah kotak berisi cairan merah muda sangat menarik perhatiannya. Tepat. Sesuatu yang ia sukai—strawberry milk.


Setelah menghitung-hitung kembali perbandingan barusan, Eunhyuk memutuskan untuk mengambilnya. Dan itu adalah kotak terakhir. Ia yakin kotak—beserta isinya—tersebut akan menjadi miliknya dalam hitungan detik lagi.

Tep!

Eunhyuk tertegun melihat tangan yang mampir bersamaan dengan tangannya pada kotak tersebut. Dan pandangannya ia jalarkan menuju sang pemilik tangan.

“Hyoyeon ah?”

Gadis itu—benar, Kim Hyoyeon—tersenyum manis pada Eunhyuk. “Eunhyuk oppa saja yang ambil,” ia mengendikkan pandangannya pada kotak yang mereka perebutkan.

Eunhyuk tidak menjawab untuk beberapa saat. Ia memaku.

“A-aah, tidak. Kau saja. Kau yang lebih dahulu,” balasnya tersenyum, simpul.

Hyoyeon tertawa kecil. “Oppa saja. Oppa paling senang dengan itu kan? Oppa sa—”

“Tidak. Kau,” Eunhyuk menyodorkan kotak itu pada tangan Hyoyeon.

“Hmm, baiklah,” Hyoyeon menyerah. Ia menerimanya—dan memasukkan kotak itu ke keranjang belanjanya. “Gomapsumnida.”

“Ya—tak masalah,” Eunhyuk tertawa kecil menjawabnya. Ia sembari berjalan maju. Hyoyeon menyelaraskan langkah di sampingnya.

“Oppa, yang kau beli banyak sekali?”

“Ini titipan Kyuhyunnie. Aku kalah main game darinya, dan aku harus membelikan apa yang ia suka,” wajah Eunhyuk sedikit masam. Tahu saja bagaimana jika menantang seorang Devil Maknae itu bermain game. Apa yang ia katakan sebelum bermain pasti harus dilakukan—sebab kita sudah pasti akan kalah dengan kemampuannya bertarung di dunia virtual.

Hyoyeon kembali tersenyum. Eunhyuk turut tersenyum melihat lengkungan bibir The Dancing Queen itu. “Kyuhyun oppa sangat hebat bermain game,” ucapnya.

Eunhyuk tak lagi menjawab. Terdengar siulan kecil dari telinga kanan Hyoyeon. Pemuda itu sedang memutar pandang ke langit-langit.

“Aku akan membayar ini. Silahkan lanjutkan belanjamu, Hyoyeon ah.”

“Ah, tidak, tidak. Aku juga sudah selesai. Kita sama-sama saja membayarnya di sana,” tunjuk Hyoyeon pada meja kasir—tujuh meter dari tempat mereka saat ini. Dan keduanya berjalan menuju sana. Hanya diam yang terlontar dari mereka berdua.

Eunhyuk meletakkan keranjang belanjanya terlebih dahulu—disusul Hyoyeon. Sang kasir yang sepertinya tidak menyadari situasi hanya melakukan pekerjaannya.

“Semuanya seratus won dan tujuh puluh lima won—tunggu, Super Junior Eunhyuk? So Nyeo Shi Dae Hyoyeon?” kasir itu nampak mengenali dua orang di depannya. Ia sedikit menunduk untuk memastikan siapa yang menyembunyikan wajah di bawah topi hitam itu.

Beberapa reaksi terdengar dari sekeliling. Mata Hyoyeon mulai menangkap tatapan-tatapan yang semuanya mengarah pada mereka.

“Oppa—” tak sempat Hyoyeon menyelesaikan kata-katanya, tangan Eunhyuk sudah menariknya keluar dari toko.

“Kau mau kuantarkan pulang?” tanya Eunhyuk di sela langkah cepat kaki lincahnya.

“Aku bisa pulang sendiri, oppa. Lagipula, aku akan mampir untuk membelikan teman-temanku samkyupsal. Terima kasih.”

“Kau yakin?”

“Ya. Lagipula oppa setelah ini akan mengunjungi sebuah stasiun televisi, bukan?”

“Mwo? Kenapa kau tahu?”

Hyoyeon memalingkan wajahnya, sebab ia yakin ada sedikit warna merah timbul di sana. “Aku melihat jadwal beberapa member Super Junior tadi malam. Dan aku melihat jadwal oppa,” jawabnya dengan suara pelan.

“Astaga,” geleng Eunhyuk. Lantas kemudian tertawa. “Baiklah, Hyoyeon ah. Aku pergi duluan, annyonghi gyeseyo,” Eunhyuk membuka pintu mobil putihnya. Masuk dan melambaikan tangan pada Hyoyeon.

Nde, annyonghigaseyo,” Hyoyeon membalas. Hanya sebentar berdiri di sana—ia berlari menuju tempat perhentian bis. Belum sempat Eunhyuk menginjak pedal gas untuk pergi, Hyoyeon telah menghilang lebih dahulu.

Eunhyuk menghidupkan mesin mobil itu. Perlahan. Sebab ia sedang menujukan pikirannya pada satu orang.

Neomu kyeopta….”

Deg. Di kepala seorang Lee Hyukjae sedang terlihat sebuah senyum yang manis—manis sekali. Dan senyum itu baru saja dibawa berlari oleh sang pemiliknya—yang membuat Eunhyuk memutar lehernya, mencari lagi gadis yang barusan meninggalkannya. Hyoyeon—siapa lagi?

Astaga, senyum itu manis sekali. Tepat Eunhyuk melihat Hyoyeon tersenyum pada salah satu fans saat akan menaiki bis.

Senyumnya?

Ah, bagus. Eunhyuk menjentikkan telunjuk bersama ibu jari kanannya. Akhirnya ia yakin akan satu keputusan.

.

xxx

.

“Kau yakin, Lee Hyukjae? Kau menolak kesempatan yang kedua, apa kau benar-benar serius?”

“Ya,” Eunhyuk mengangguk. Lelaki paruh baya di depannya mengerutkan dahi—beriring tangannya yang secara spontan membenarkan letak kacamatanya.

“Amerika bukan negara yang kecil, Eunhyuk-sshi. Dengan kemampuan dance dan rap yang kau miliki, kau bisa sukses dan tenar di sana.”

“Tapi saya belum berminat, Deongsan-sshi,” jawab Eunhyuk. Simpul, tapi bisa membuat lelaki itu menggeleng heran.

“Apa karena kemampuan bahasa Inggrismu?” ia menyela dengan tawa sejenak. “Aku akan membayar pelatihan bahasa Inggrismu sampai kau benar-benar bisa.”

Eunhyuk turut tertawa. “Tidak, terima kasih, Deongsan-sshi. Saya lebih senang berkarya di sini.”

“Hmm, baiklah. Kuterima alasanmu. Terima kasih sudah mau mempertimbangkan. Semoga kau bisa terus berkarya di sini.”

Eunhyuk berdiri—bersiap pulang. “Ya, maaf saya menolak. Terima kasih banyak atas tawarannya. Saya pulang, Deongsan-sshi. Annyonghi gyeseyo,” Eunhyuk membungkukkan dirinya, dan keluar dari ruangan itu.

.

xxx

.

“Ini, yang kau minta tadi!” Eunhyuk melemparkan plastik belanjanya pada Kyuhyun yang sedang bermain game bersama Sungmin. Maknae itu menyeringai.

“Gomawo, hyung. Kapan-kapan kita bertanding lagi, ya!”

“Huh,” ucap Eunhyuk. “Bilang saja kau mau minta belikan banyak barang seperti ini lagi,” cibir Anchovy itu. Kyuhyun hanya membalasnya dengan tawa lepas.

“Bagaimana, kau menerimanya, Eunhyukkie?” Sungmin melirik pada Eunhyuk yang hendak memasuki kamar. Mendengar Sungmin memanggilnya, ia berhenti. Dan tersenyum kecil.

“Tidak.”

“Mwo? Kau menolak tawaran yang sama untuk kedua kalinya? Tidak mau pergi ke Amerika? Kenapa?” Sungmin melepaskan tangannya dari kendali game yang tadi ia pegang erat. Melemparkan pertanyaan pada Eunhyuk secara bertubi-tubi.

“… Karena….”

“Dia masih punya senyumnya di sini,” Donghae tiba-tiba datang dengan sebotol cola di tangannya. Ia menyikut lengan Eunhyuk. “Ia tidak ingin meninggalkan senyum manis seseorang dari sini.”

Kyuhyun yang semenjak tadi nampak tidak peduli—menjadi berubah.

“Nde? Siapa?”

Eunhyuk melempar pandangan tajam pada Donghae. Donghae tidak nampak takut—malah tertawa. Eunhyuk pun masuk ke kamarnya. Tak mau tahu apa Donghae akan membocorkan rahasianya atau tidak.

Oh oh oh oh, oppareul saranghae~” Donghae memain-mainkan telunjuk di dekat telinga kanannya. Lirik lagu—tentu semua tahu.

Sungmin yang menyadarinya pun tertawa. Kyuhyun sepertinya belum mengerti secara keseluruhan. Sungmin mengerti bahasa tubuh dongsaeng-nya yang masih ingin minta penjelasan. Ia berdiri di samping Donghae, dengan tertawa-tawa ia mengatakan sesuatu.

Molla molla hamyeo maeil keudaeman keurijyo~

“Oh! Aku mengerti!” Kyuhyun menepukkan kedua tangannya. Baru saja ia akan berdiri—turut bersama kedua hyung-nya untuk menyambungkan lirik lagu tersebut, Eunhyuk muncul dari balik punggung mereka.

“YA! Donghae ah, Sungminnie, Kyuhyunnie!!”

Mereka bertiga tertawa lepas. Membiarkan Eunhyuk merengut malu di depan mereka.

.

xxx

.

“Huh…” Hyoyeon mendesah bingung. Melemparkan begitu saja tubuhnya ke sofa peach ruang utama.

“Ada apa, Hyoyeon ah?” Yuri menyuap sesendok yogurt ke dalam mulutnya. Memutuskan duduk di samping Hyoyeon—setelah melihat perubahan raut dari sahabatnya. Sesekali ia mengulum sendok susu asam itu sementara menunggu jawaban terluncur dari mulut Hyoyeon.

“Manajer meneleponku.”

“Soal?”

“Bukannya kau sudah kuceritakan? Soal YGE yang mengajak kerjasama dengan SM.”

“Ng? Aa~ Ya! Soal Taeyang oppa dari Big Bang yang mengajakmu kolaborasi debut dengan mengedepankan dance di Jepang?”

“Ya,” Hyoyeon mengangguk dengan gestur lemah. “Manajer dan pihak perusahaan sudah menyetujuinya. Kontrak akan segera ditandatangani. Hanya menunggu keputusanku. Tapi manajer mengharapkanku atas jawaban yang memuaskan.”

Yuri menghentikan kegiatan makannya. Nampak berpikir untuk beberapa detik. “Kenapa tidak kau terima saja? Debut dan berkarya di Jepang bersama dancer hebat, kenapa tidak?”

“Yuri ah!” Hyoyeon memutar kepalanya. “Kau tidak mengerti alasan sebenarnya?”

“Ah, ya! Aku lupa!” Yuri menepuk keningnya. Kemudian menyibakkan rambut yang menutup samping wajahnya.

“Yaa, karena aku….”

“… Masih punya senyummu di sini. Ya kan? Eunhyuk oppa~” Yuri mulai bercanda.

Hyoyeon tersenyum malu. “Ya! Diamlah….”

Yuri tertawa kecil. “Tapi iya, kan?”

Hyoyeon tak mau menatap Yuri. Dan mengangguk ketika kepalanya diarahkan seratus delapan puluh derajat dari Yuri. “Menurutmu bagaimana, Yuri ah?”

“Hng? Menurutku—turuti kata hatimu.”

“Mwo?”

“Yaa, kau mau yang bagaimana? Debut di Jepang, terkenal di sana bahkan sebelum bersembilan debut di sana, bersama seseorang yang hebat. Tidak sedikit yang mengagumi Taeyang oppa, Hyoyeon ah.”

“Tapi—”

“Taeyang oppa juga dancer. Sesuai dengan tipemu, bukan?” sang Black Pearl itu tersenyum. “Siapa tahu dia punya maksud tersembunyi di balik niatnya mengajakmu itu. Mungkin—dia menyukaimu?” goda Yuri lagi.

“Ya! Yuri ah! Berhenti menggodaku!” Hyoyeon memukul-mukulkan bantal sofa pada Yuri. Yang ada hanya gadis itu terus tertawa.

“Sisanya terserah kau, Hyoyeon ah. Kesimpulannya, jika kau di sini, kau memang bisa terus dekat dengan Eunhyuk oppa. Tapi jika kau ikut Taeyang oppa, itu juga bukan hal yang buruk,” ucap Yuri setelah keadaan menenang.

“Hng….” Hyoyeon tak menjawab. Sibuk dengan perdebatan dalam pikirannya sendiri. “Akan kupikirkan, Yuri ah.”

“Ya. Semua ini tergantung hatimu. Pilih yang mana yang benar-benar membuatmu senang dan tidak menyesal.”

“Baik. Aku ingin istirahat dulu. Terima kasih sarannya.”

Yuri mengangguk. Membiarkan Hyoyeon berjalan melangkah menjauh darinya. Hingga ia ingat akan sesuatu.

“Tunggu! Bukannya Eunhyuk oppa juga ditawarkan untuk ke Amerika? Dia menolak saat tawaran pertama, dan baru saja kudengar kalau ia kembali ditawarkan untuk pergi ke sana….”

“Mwo?! Kau dengar dari siapa?”

“Donghae oppa. Kemarin aku dan Jessica bertemu dengannya di toko.”

Hyoyeon menunduk resah. “Terima kasih sudah memberitahuku, Yuri ah,” senyumnya manis. Dan meninggalkan Yuri dengan lekas—ia menutup pintu kamarnya dengan satu gerakan cepat.

.

xxx

.

Eunhyuk melepaskan sepasang kacamata yang sedari tadi bertengger di wajahnya. Ia menatap gedung di depannya—seraya memasukkan kunci mobil ke dalam saku jaket birunya. Hari ini ia seorang diri akan menghadiri sebuah acara. Acara yang akan disiarkan di televisi—yang biasa. Tapi yang tidak biasanya adalah…

Eunhyuk tidak langsung memasuki gedung. Ia tampak menunggu di dekat pintu utama.

Satu—tidak, dua orang muncul beriringan dari arah kanan The Dancing Machine.

“Hyo—yeon ah?!” Eunhyuk mendadak menurunkan suaranya saat memanggil salah satu yang di sana. Ia terkejut sebab Hyoyeon tidak datang sendiri. Hei, kenapa bisa?

“Ah, Eunhyuk oppa!” Hyoyeon tersenyum kecil. Bereaksi cepat setelah Eunhyuk memanggilnya.

Eunhyuk balas tersenyum. Terlihat jelas Hyoyeon berlari menghampirinya. Diikuti seseorang yang tadi.

“Taeyang-sshi?”

“Ya! Eunhyuk-sshi!” Taeyang—pemuda itu berbalik menyapa Eunhyuk dengan nada ramah.

“Kalian datang bersama?” Eunhyuk melirik Hyoyeon.

“Hm, itu—”

“Aku yang menjemput Hyoyeon ah. Kami akan tampil bersama di acara setelah ini.”

“Mwo? Bukannya dalam jadwal, hanya kami berdua?” Eunhyuk menunjuk dirinya dan Hyoyeon yang sedang bersejajar langkah dengannya.

“Pihak penyelenggara baru meneleponku tadi malam. Mereka mengundangku karena mereka pikir akan menarik jika mengundang kami—yang akan pergi ke Jepang bersama sebentar lagi.”

“Jepang?!” nada terkejut mendominasi suara Eunhyuk.

“Ya. Aku secara pribadi meminta Hyoyeon untuk menjadi partner album solo versi Jepang-ku. Aku tidak bisa mengajak Sandara lagi karena ia harus comeback dengan grupnya sendiri. Dan ternyata perusahaan menyetujuiku.”

Eunhyuk tidak bisa menjawab. Ia diam, langkahnya terhenti. Taeyang pun berlalu di sampingnya, sedikit menghembuskan bisikan kecil pada telinga kirinya.

“Kau tahu kenapa kau mengajak Hyoyeon ah? Karena aku—menyukainya.”

Deg.

Eunhyuk tidak bisa melanjutkan langkahnya lagi. Dilihatnya dengan dingin Taeyang yang mendekati Hyoyeon serta meraih lengan gadis itu. Panas sedikit terasa berhembus di sekitar pemuda itu. Mungkin tepatnya—hatinyalah yang menggerah. Menggeliat marah—walau ia sebenarnya tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.

“Eunhyuk oppa? Kenapa kau masih di sana?” panggilan Hyoyeon akhirnya membuat Eunhyuk kembali ke lingkungan nyatanya. “Katanya, Eunhyuk oppa akan ke Amerika?” tanyanya. Setelah pemuda itu berada di sampignya, tentunya.

“Kau tahu dari mana?”

“Yuri ah. Katanya dia dengar dari Donghae oppa.”

“Ah, dasar Donghae. Kubilang jangan memberitahu orang lain selain member Super Junior sebelum aku membuat keputusan.”

Hyoyeon terkikik kecil. “Waktu itu Yuri ah bersama Jessica yang bertemu Donghae oppa. Mungkin karena ada Jessica di sana, jadi ia tidak tahan untuk tidak bercerita.”

“Huh. Tidak salah. Ia tidak bisa bisa diam jika di dekat Jessica.”

“Jadi, oppa menerima tawaran itu?” suara Hyoyeon terdengar sedikit bergetar. Pelan, namun getir.

“Hng, soal itu—”

“Hyoyeon ah, kau sudah memikirkan tawaranku tempo hari?” Taeyang tiba-tiba memutus pembicaraan. Ia memandang antusias pada Hyoyeon.

“Aa—soal itu, aku sedang memikirkannya, oppa. Nanti akan kuberitahu jika aku sudah membuat keputusan.”

“Ya. Pasti menyenangkan berkarya denganmu di sana, Hyoyeon ah. Aku menantinya,” senyum Taeyang. Sebentar ia letakkan tangannya di pundak Hyoyeon. Dan Hyoyeon balik menatapnya serius, lantas memberikan senyumnya yang begitu manis.

“Terima kasih telah menawarkannya, oppa. Tapi, kenapa oppa mengajakku? Bukannya banyak dancer yang lebih hebat? Seperti Yuri ah, dia juga bisa menari dengan baik. Atau Park Gahee dari After School, Jung Nicole dari KARA, atau Victoria dari f(x)? Victoria bahkan sangat ahli….”

Taeyang tersenyum—simpul. “Hmm, mungkin karena kau yang tercantik.”

“Oppa, jangan bercanda!” Hyoyeon meninju pelan lengan Taeyang.

Dan Eunhyuk hanya terpaku memperhatikan mereka berdua. Tangannya terselip di balik saku, tanda ia menyembunyikan kegalauannya. Bukan hanya itu—juga kekesalan hatinya.

.

xxx

.

Eunhyuk pergi dari ruang tengah. Meninggalkan teman-temannya yang sedang seru menonton sebuah pertandingan sepakbola. Ia menyudutkan diri di ruang tamu. Duduk di kursi tunggal dekat pintu masuk dorm. Sebuah benda kotak putih di tangan kanannya dimainkannya sesekali.

Baik. Ia memutuskan untuk memencet ‘panggil’ pada abjad ‘H’ di ponselnya. Setelah ia berpikir tiga kali untuk memanggil member So Nyeo Shi Dae itu.

“Yobuseo? Eunhyuk oppa?”

“Hyoyeon ah…”

“Ada apa?”

“Aku mau bertanya padamu….”

“Ya? Apa yang ingin oppa tanyakan?”

“Tentang kepergianmu ke Jepang bersama Taeyang-sshi….”

“… Ya.. Kenapa, oppa?”

“Kau menyetujuinya?”

“Itu… Ah, oppa belum menjawab pertanyaanku tadi siang. Apa oppa juga akan pergi ke Amerika?”

“Hyoyeon ah, jawab pertanyaanku lebih dahulu….”

“Tapi—ah, baiklah. Aku masih memikirkannya, oppa… Kemungkinan besar… akan kuterima… Dan oppa?”

“Kau menerimanya? Aku… kalau kau menerimanya, sepertinya aku juga akan menerimanya kembali….”

“Mwo? Apa hubungannya denganku?”

“Aa, i—hng, bukan apa-apa… Hanya….”

“Aku akan merindukanmu, oppa….”

“Mwo?! Apa katamu barusan?”

“Eh? Bukan. Tenang saja, bukan hal yang buruk.” giliran Hyoyeon yang salah tingkah.

“Oh, ya… Aku juga akan merindukanmu, Hyoyeon ah,” sebut Eunhyuk. Tampak ia tersenyum.

Meski Hyoyeon tak melihat reaksi sang oppa, ia turut melakukan reaksi yang sama. “Ya oppa. Berjuang di sana, ya. Buat nama dancer Korea bagus di sana.”

“Ya, kau juga! Jangan kecewakan Taeyang-sshi.”

“Jangan kecewakan Super Junior, oppa,” Hyoyeon berucap dengan sedikit nada tawa—namun tawa pahit.

“Berapa lama kau di Jepang?”

“Entahlah. Latihan, persiapan, pembuatan MV, hingga promo mungkin akan makan waktu berbulan-bulan. Oppa?”

“Kurang lebih sama denganmu. Ditambah lagi dengan pelatihan bahasa, ah, bahasa Inggrisku jelek sekali,” keluh Eunhyuk.

Hyoyeon tertawa.

“Ya! Kenapa malah menertawakanku?”

“Ah, mianhae, oppa. Kapan oppa akan berangkat?” Hyoyeon mengalihkan pembicaraan.

“Sekarang tanggal berapa?” Eunhyuk menjeda sesaat. Mengalihkan ponselnya ke depan matanya. Mengecek tanggal.

“Tujuh.”

“Ya. Aku baru berangkat tanggal dua belas. Hyoyeon ah?”

“Sehari sebelumnya, oppa. Tanggal sebelas.”

“….”

“Oppa?”

“Eh, ya… Hanya itu yang hendak kutanyakan, Hyoyeon ah. Selamat malam.”

“Selamat malam.”

“Saranghaeyo, Hyoyeon ah.”

“Oppa! Oppa bercanda?”

Eunhyuk menjawab dengan tawa lebarnya.

“Haha. Ya, ya. Saranghaeyo, oppa,” Hyoyeon berkata pelan. Jika ditelisik, terlihat sekali wajah putihnya memerah kuat.

Tuut… Tut..

Sambungan tertutup. Eunhyuk tersenyum pada ponselnya sendiri—oke, bisa dibilang terlihat aneh. Tapi untuk kasus jatuh cinta, itu hal yang lumrah dan sangat umum, bukan?

“Kau benar-benar akan pergi?”

“Donghae ah! Mengagetkan sekali!!”

Donghae bersandar di tembok. Menghadap Eunhyuk dengan wajah serius. “Bukannya kau menolak?”

“… Hyoyeon ah juga akan pergi, tahu. Dia diajak Taeyang-sshi dari Big Bang untuk ke Jepang! Dan kau tahu alasan Taeyang-sshi mengajak Hyoyeon ah? Itu karena dia menyukainya!”

“Mwo?” Donghae melakukan gestur khas wajah bingung. “Taeyang-sshi? Dan Hyoyeon ah mau?”

“Katanya—dia akan menerima tawaran itu. Buat apa aku menolak tawaran ke Amerika kalau ternyata Hyoyeon ah juga akan pergi keluar negeri?! Sama saja aku tidak bisa bertemu dia dalam waktu lama!!” Eunhyuk sedikit emosi.

Donghae menepuk pundak rekannya. “Memang semua keputusan di tanganmu. Terserah kau mau pergi ke Amerika atau bagaimana, kami sebagai sahabat-sahabatmu hanya akan mendukung apapun yang membuatmu senang.”

Eunhyuk menunduk.

“Hei, kau lupa? So Nyeo Shi Dae juga akan debut di Jepang sebentar lagi. Itu juga berarti berita berat untukku, tahu. Aku tidak bisa lebih sering bertemu dengan Sica,” Donghae kembali bersandar di tembok. “Tapi sepertinya jika Hyoyeon ah debut dengan Taeyang-sshi di Jepang akan membuatmu lebih sakit, ya….”

“Mwo?! Jessica? Haha, akhirnya kau mengakuinya, Donghae ah!!” Eunhyuk menendang kaki kiri Donghae yang tersenyum masam. Kedua dancer itu saling tertawa lepas.

“Sudahlah. Bagaimanapun, biar kau tetap di sini, masih ada kami. Masih ada aku yang juga mengalami nasib yang sama, Eunhyukkie. Sungmin—dia juga akan berhubungan jarak jauh dengan Sunny. Nah?”

“… Ya juga. Baik, aku akan memikirkannya lagi….”

.

xxx

.

Seoul—Incheon Airport: July 11th-11:35 AM

“Ya! Eunhyukkie! Tunggu aku!!”

“Cepat! Nanti pesawatnya berangkat lebih dahulu daripada larimu, Sungminnie!”

Sungmin mengejar gerak Eunhyuk yang begitu cepat. Ia—dengan lincahnya—menerobos orang-orang dalam bandara besar itu. Pemuda manis itu nampak begitu kepayahan.

Sementara Eunhyuk, dalam hatinya—sejujurnya—begitu sakit. Hyoyeon, yang sudah dekat dengannya dalam waktu berapa tahun, lebih memilih Taeyang. Uh, Eunhyuk yakin gadis itu juga menyukai Taeyang. Jadi—barang tentu Hyoyeon akan lebih memilih orang yang ia sayangi.

Tunggu. Eunhyuk membatin.

Memangnya dirinya siapa? Kekasih, bukan. Sahabat? Entahlah. Atau lebih parah lagi anggapan Hyoyeon atas dirinya—hanya teman satu agensi dan satu profesi.

Sudahlah, Eunhyuk sendiri pun pusing akan masalahnya sendiri. Yang terpenting—ia bisa mengejar Hyoyeon sebelum gadis itu berangkat!

Dapat!

“Hyoyeon—”

Terlihat gadis itu berdua dengan Taeyang. Hanya mereka berdua.

Hyoyeon nampak tersenyum. Dan Taeyang—mengecup kedua pipi Hyoyeon. Kiri-kanan, berlanjut pada keningnya. Hyoyeon membalas hal serupa pada pipi kiri Taeyang. Tampak dekat sekali.

Sempurna untuk menghancurkan Eunhyuk. Ah, tapi….

“Pesawat menuju Tokyo akan segera berangkat. Penumpang harap memasuki pesawat….” suara operator menambah riuh suasana bandara.

“Hyoyeon ah!!” Eunhyuk kembali berlari. Meninggalkan Sungmin begitu saja. Padahal Sungmin baru saja dapat menyampaikan langkahnya pada posisi Eunhyuk.

Hyoyeon sepertinya mendengar. Ia menoleh. “Eunhyuk oppa?”

“Hosh… hosh….” Eunhyuk harus meredakan hela cepat nafasnya terlebih dahulu sebelum berbicara. “Hyoyeon ah, selamat jalan… Semoga—”

Kata-kata Anchovy itu diputus oleh tawa Hyoraengi. “Aku tidak jadi berangkat, oppa.”

“Mwo?! Jadi—”

“Tidak,” geleng Hyoyeon. “Aku memutuskan untuk tidak ikut. Taeyang oppa akhirnya hanya pergi sendiri. Sandara-sshi mungkin masih bisa meluangkan waktunya untuk bersama Taeyang oppa lagi di Jepang.”

“Tapi, kenapa?” Eunhyuk pun mengangkat tangannya. Turut melambaikan tangannya pada Taeyang. Sama seperti Hyoyeon. “Bukannya kau—err, hng… menyukainya?” ucap Eunhyuk dengan nada perih.

“Mwo?! Kata siapa?!”

“Tadi, kau menciumnya… dan—”

“Kalau aku menyukainya, kenapa aku tidak menyetujui alasan Taeyang oppa?”

Eunhyuk memutar lehernya. Memusatkan penuh pandangannya hanya untuk mata cokelat seorang Kim Hyoyeon. “Jadi, kenapa kau menolaknya?”

Arah pembicaraan nampaknya serius. Tetapi Hyoyeon tidak berani memberikan tatapan balik atas Eunhyuk. “Karena… Ah, jawab pertanyaanku dulu—apa besok oppa akan berangkat?”

Eunhyuk menggeleng. “Tidak. Aku jadi tidak berniat pergi.”

“Kenapa?”

Eunhyuk tertawa kecil. Cute gummy smile, pikir Hyoyeon.

“Jawab pertanyaanku dulu, Hyoyeon ah,” Eunhyuk memainkan jarinya di depan mata Hyoyeon.

“Araa… Baik. Karena… aku masih punya—”

“—senyumku di sini,” sambung Eunhyuk tiba-tiba.

“Kenapa oppa bisa tahu?” wajah Hyoyeon berekspresi kaget. Ditambah sedikit garis merah samar yang mulai bermunculan di sekitar tulang pipinya.

“Entahlah. Sebenarnya aku tadi hanya asal menyebutkan,” Eunhyuk tertawa lagi. Tapi nada tawanya sedikit lain. Tawa—tersipu? “… Sebenarnya alasanku juga itu, Hyoyeon ah.”

“Itu… juga?”

Eunhyuk mengangguk. “Aneh, ya? Kenapa bisa?” ia meletakkan tangannya di kepala Hyoyeon. Sebentar mengacak rambut semu cokelat lurus itu.

Mereka tertawa dengan canggung.

“Jadi?” gantung Hyoyeon.

“Mm? Alasan kita sama,” Eunhyuk lagi-lagi memamerkan gummy smile-nya.

“Dan?”

“… Saranghaeyo, Hyoyeon ah. Kita sama-sama tidak jadi pergi. Karena aku masih punya senyummu di sini. Karena aku tidak mau senyum itu pergi,” Eunhyuk mengangkat dagu Hyoyeon. Membuat gadis itu berrefleks tersenyum manis. Tersipu.

“Tapi oppa, bulan depan So Nyeo Shi Dae akan debut di Jepang juga. Bagaimana?”

“Tidak apa. Debut dengan teman-temanmu sendiri tidak apa. Aku hanya keberatan jika kau debut di sana bersama laki-laki lain. Karena senyummu hanya untukku,” tawanya. Tapi—serius.

“Ya, oppa! Berhenti menggodaku!” Hyoyeon tertawa malu.

“Tidak, aku serius. Jeongmal saranghaeyo,” Anchovy memamerkan senyum simpul malu-malunya.

“… Saranghamnida…”

Mereka diam untuk beberapa waktu. Saling bertukar pandang, tepatnya.

“Eunhyuk oppaa!! Hyoyeon unnie!!”

Mereka berdua menoleh sekeliling. Beberapa—bukan, ada banyak—perempuan meneriaki mereka berdua. Beberapa telah mengarahkan kameranya pada dua orang yang tengah menjadi pusat perhatian itu. Bagus. Lima menit kemudian mungkin seluruh Seoul akan tahu, dan setengah jam kemudian satu Korea pasti mengerti apa yang terjadi.

“Hyoyeon ah, ayo pulang,” tarik Eunhyuk pada tangan kanan Hyoyeon yang sedang menutup mulutnya—karena tertawa malu.

“Gawat,” bisiknya perlahan pada telinga Eunhyuk. “Netizen pasti akan ribut soal ini.”

Eunhyuk tertawa kecil. “Tidak apa. Yang penting aku sudah mendapatkan senyummu untukku sendiri hari ini.”

Hyoyeon menutup wajahnya dengan tangan kirinya. Ini bukan mimpi—usahanya meyakinkan diri.

Ia tidak bisa menutup senyumnya dengan dua tangan seperti biasa—karena satu tangannya telah digenggam oleh pemilik senyumnya….

Dan Eunhyuk masih susah meyakinkan diri—kalau ia telah memiliki senyum yang hanya untuknya. Karena senyumnya ada di sini—ia melirik sebentar pada Hyoyeon yang menunduk. Dan menguatkan pegangan pada tangan kanannya. Sebab ia tidak mau melepas pemilik senyumnya itu….

.

——————————

———-

– F I N –

———-

——————————

.

Kelar, kelar~

tambahan, buat yang Eunhyuk ke Amerika itu kalo gasalah emang pernah ada beritanya, cuma dia nolak gitu. dan jadilah modified-canon semacam ini. Ah, HaeSica pula… aku berbalik seratus delapan puluh derajat menjadi sangat menyukai pair ini~ mereka sama-sama imut.. x3

uhuhu~ #tergilagilamvnoother

yosh! thanks for reading! dan buat Sarah aku manggil kamu gini aja ya, ini buatmu. maaf atas rekues yang lama dan hasil yang abal~ Dx trims sudah merekues yaa~ :DD

11 respons untuk ‘Karena Aku Masih Punya Senyummu Disini

  1. Cute Hyukkie berkata:

    Gak abal kok 🙂

    Bagus banget malah,
    Thanks ya udah bikin requestanku

    Tapi kok TaeHyonya dikit doang T.T #lagidemenTaeHyo

    Btw, sebagai tanda terima kasih Onnie mau aku buatin fic buat Onnie gak?
    Pairingnya boleh apa aja, mau kpop atau anime/manga, yuri, yaoi atau straight, aku bisa semua kok 🙂

    • okeoke… 😀

      waah, maaf yo, aku ga tau kamu demen TaeHyo… T.T
      .
      Engg, boleh rekues toh?
      Oke, kamu tau Minhyuk CNBLUE ga?
      Aku mau Minhyuk x Hara x Seungri

      Hara dari KARA tuh kan imut, sama kek Minhyuk~ x3
      mereka tampil bareng di Special Stage KBS MuBank yang tengah taun kemaren.
      Dan rasanya aku pernah baca kalau Hara itu temenan sama Seungri Big Bang~
      endingnya terserah kamu aja, mau Hara sama Min atau Seungri terserah kamu yg bikin… 😀

      boleh ga? #tuinktuink
      trims yaa~ xD

      • Cute Hyukkie berkata:

        Oke, bakal aku bikin, tapi gak bisa cepet jadinya, soalnya lagi masa MBS/OSPEK/MOS nih T.T

        Hari pertama badan udah sakit 😦

        Tapi ntar aku sisipin TaeHyoJoonHyuk gak papa kan?

      • ah, gak apa. aku juga kalau bikin rekues lama… DX
        moga sukses aja mos-nya ya… :3

        hng, boleh, boleeeh~ xD
        eh, endingnya Seungri-Hara aja ya! cz mereka ternyata sahabatan dari dulu, dan ada hints-nya. okee, makasih~ X)

  2. WAH hyohyuk…… choa choa ^^
    senyuman hyohyuk emang shinning.
    untung hyuk ngejar ke bandara kalo g bisa” hyuk nyangka hyo udah berangkat ke jepang. hyo km tuh manis bgt cocok m hyuk titik jangan m namja lain yah!!! gak sesuju *maklum hyohyukshipper

  3. chingu manggil aku ya??
    soalnya namaku Sarah
    makasih dah dibuatin… *padahal gak tw sarah yg mana

    co cweet beud~~ *alay*

    btw, skrg aku dah ganti nama dari Sarah TheMVPgirl jdi Park Sooyun *info gak pnting*

    buat lgi hyohyuk-nya!! ^^

  4. soshideeryoona berkata:

    Huaaa … ternyata pemikiran eunhyuk oppa sama dengan pemikiran aku bahwa Senyum Hyoyeon eonnie manis banget ^^ dan dari ngeliat Senyum HyoHyuk inilah , aku Jadi suka banget sama mereka 😀
    So sweet couple deh 😀

Tinggalkan komentar